markethon

Pandemi Covid-19 menimbulkan banyak tantangan di berbagai sektor kehidupan, namun di sisi lain juga memberikan banyak peluang baru yang bermunculan. Salah satunya adalah situasi yang memaksa banyak tenaga kerja untuk berekspansi cepat dan mengimplementasikan sistem kerja perpaduan offline dan online, atau yang dikenal dengan hybrid.

Tren ini pun mendorong banyak perusahaan untuk membentuk tim berbasis fungsi dan keterampilan tertentu, agar penyelesaian pekerjaan tidak harus terpusat di satu tempat. Bahkan, setelah kemunculan istilah Work From Office (WFO) dan Work From Home (WFH), kini banyak perusahaan yang akhirnya menerapkan Work From Everywhere (WFE).

Artificial intelligence di tempat kerja

Menurut Andreas, sebagai bentuk penyesuaian dengan kondisi industri 4.0 yang menerapkan konektivitas manusia, mesin dan data, prinsip otomatisasi terhadap tugas yang berulang pun dikembangkan. Hal ini dikenal dengan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI), yang diyakini mampu meminimalisir kesalahan perusahaan, termasuk waktu untuk menyelesaikannya.

Dengan menggunakan AI, para karyawan pun dapat lebih fokus pada pemecahan masalah dan tugas-tugas kreatif lainnya. Keberadaan teknologi AI juga memudahkan perusahaan untuk menganalisis dan menafsirkan Big Data, sambil terus mengembangkan kecerdasan buatan tersebut, untuk memberikan analisa lain yang akurat.

Inklusivitas dan keberagaman pekerja

Pekerja adalah komponen penting untuk membuat sebuah perusahaan dapat berjalan. Penciptaan lingkungan kerja yang inklusif dan beragam telah terbukti berhasil meningkatkan tingkat produktivitas inovasi, kesuksesan dan tingkat kepuasan para karyawan secara umum.

Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh McKinsey, perusahaan AS dengan tingkat keberagaman latar belakang pekerja terbanyak terbukti 36 persen lebih unggul dari pesaing mereka. “Untuk dapat menarik dan mempertahankan karyawan yang produktif dan kompeten, perusahaan juga perlu menghargai dan mendukung usaha karyawannya,” katanya.

Angkatan kerja multi generasi

Hingga saat ini, menurut Andreas, tren dan budaya kerja yang diterapkan merupakan situasi diciptakan oleh generasi baby boomer. Namun, jaman kian berganti dan ke depannya, semakin banyak perusahaan melihat percampuran generasi angkatan kerja dengan gen-X, milenial, gen-Z, dan seterusnya.

Heterogenitas ini akan menciptakan berbagai tren yang mengharuskan perusahaan untuk dapat memenuhi berbagai kebutuhan yang berbeda jauh antar generasi. Fenomena ini juga akan mendorong pergerakan yang lebih cepat dalam angkatan kerja. Untuk itu, perusahaan harus memberikan kesempatan bagi karyawan mereka untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan pribadi serta merencanakan karir dengan baik.

Pelatihan dan peningkatan skill pekerja

Implementasi AI dan teknologi digital yang dinamis dalam dunia kerja membutuhkan pelatihan khusus. Maka dari itu, perusahaan pun dinilai perlu mengadakan pelatihan rutin untuk dapat meningkatkan kemampuan karyawan dalam menggunakan teknologi tersebut.

Penggunaan AI dan teknologi baru ini nantinya juga akan membuka pintu bagi berbagai macam inovasi di tempat kerja kelak. Salah satu contoh, misalnya dalam memanfaatkan bot untuk membentuk lingkungan kerja yang imersif dan personal, sesuai dengan kemampuan dan kenyamanan setiap penggunanya.

Mengedepankan kesejahteraan dan keterlibatan karyawan

Sebuah survei pada tahun 2020 terhadap 17.000 karyawan yang tersebar di 20 industri berbeda, menunjukkan bahwa meningkatkan keterlibatan karyawan di tempat kerja merupakan faktor terpenting untuk dapat membangun sebuah bisnis yang kokoh dan berkinerja tinggi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *